Hening, tenang, damai ketika ku mengadu padaNya
Dalam hati terbait untaian senandung doa pelipur duka
Bermunajat syahdu, pendekat jiwa, penghilang lara
Rabbku kan slalu setia mendampingi umatNya
Rabbku kan menjadi sahabat sejati sampai mati
Rabbku tak akan ingkar pada janji
Bulir demi bulir air mata tlah menghangatkan
Semua rasa kehidupan tlah tercurahkan
Hati yang beku akan kekosongan iman
Terasa terobati walau hanya lewat sebuah aduan





Terkucur deras semua pilu
Demi mengais sesuap nasi dalam haru
Meski sang surya telah menatap malu
Mereka terus tetap berderu

Disana, diujung tahta bangsa
Tercermin goresan luka lara
Bersandarkan santai para penguasa
Yang hanya memikirkan perihal mereka

Ketika kau duduk manis di kursi rakyat
Apa yang kau perbuat?
Ketika kau berplesiran
Apa yang kau lakukan?
Ingat, dirimu adalah cerminan rakyat
Mereka butuh kenyataan yang hebat
Bukan hanya ilusi semata
Yang bisa hilang kapan saja

Harapan sempurna ada di tanganmu
Mereka butuh kehidupan yang biru
Bukan abu-abu


suatu hal yang terindah dalam hidup adalah membuat orang lain bahagia karena kita
aku merasa bahwa aku juga akan bahagia karenanya
teringat itu semua seperti membuka luka lama
terasa indah jika aku bisa melupakanmu
tapi
tak kan bisa semudah itu
karena waktu dulu aku pernah merasakanmu ada
walau belum pernah ku mengakui
karena keberanianku yang tak bisa muncul
mungkin memang itu yang terbaik
kau memberikanku warna tersendiri dalam relung jiwaku yang kosong
memberikan cahaya dalam hatiku yang gelap
dan mengisi kehampaan hati yang beku


Dua anak manusia 
Bersama dan selalu bersama
Satu hal
Ketika itu sesuatu di dalam dirinya muncul

EGO......
Sifat manusiayang tak pernah hilang
EGO......
Selalu ada, dan akan muncul jika....
Dua tanduk merah di kepalanya mengaum
Kekuatan apapun menggelora
Seperti kerasukan setan

EGO.....
Apakah akan selalu ada?
Apakah dapat musnah?
Apakah akan selalu muncul?
Jika telah merasuki jiwa anak manusia
 Andai kata EGO tak ada
Mungkin tercipta ketenteraman
Mungkin nafsu birahi tak merajalela
Mungkin tak kan ada dua tanduk di kepala anak manusia
Jika kemarahan menggelora
Mungkin?
Sungguh tak kusangka air mataku menetes membasahi pipi manisku
Tanganku basah, cucuran keringatku deras
Rasa bercampur aduk tak karuan
Ketika aku tulis ini, aku tak tahu lagi harus bagaimana
Menempuh hari esok dengan sejuta tantangan
Walau sebuah restu tkah ku kantongi
Aku tak percaya, 
Bahwa sebentar lagi aku aku pergi dengan catatan yang aku inginkan
Sungguh tak kusangka bahwa esok penantianku selama ini
Aku harus berusaha keras demi masa depanku 
Biarlah pena hitamku menari di atas lembar putih bergoreskan hitam
Biarlah ia menari dengan ikhlas
Dan hasilnya adalah bahagia Itulah yang aku inginkan

Aku tahu,kalau aku hanya sementara
Sementara tinggal disana
Aku tahu,Kalau aku tak kan lama disana
Yang aku tahu.........
Kalau aku bagian hidupnya

Semenjak aku menjadi bagiannya
Pertama, aku tak bahagia
Kecewa yang aku dapat
Kedua, aku mulai menemui kebahagianku
Dan ketiga.............
Aku bahagia karena waktu aku hanya sesaat

Jika aku kembali..............
Itu tak mungkin, Karena aku hanya tinggal sementara
Tinggal sementara di tempat itu
Aku terus berlanjut, menemui hari-hariku yang baru
Aku coba menatanya perlahan-lahan
Tapi, aku belum bisa
Karena...........
Sebagian hatiku masih berselimut masa lalu