Tapi bukan malam sendu
bersampul lara
Dulu itu sekarang sama
Hanya pecahan luka
bertabur pembeda
Nelangsa itu tiba
beriringan legawa
Membawa pesona
pengganti tirani dalam jiwa
Saat angin mencengkeram
silih berganti
Di ujung jalan hitam,
aku tegak berdiri
Melenggangkan denting
abadi, tapi tak jadi
Sungguh ku nelangsa,
berharap gunung itu jadi mati
Tapi tak bisa karena
aku sendiri
Detak jantungmu itu
lagu lama yang lungsu
Langkah kakimu itu
untaian janji palsu
Kerdipan matamu itu
biasan angin lalu
Kau sadar aku siapa dan
bagaiman aku
Gelombang lara yang kau
lukis itu terpatri sangat olehmu
Walau kekosongan
nelangsa terganti oleh legawa,
Aku sadar keabadaianku
tetap menunggu
Sukma yang terkapar dalam bait tak rupa,
dan mengasingkan jiwa di perantara luka
Tak lagi menyapa, hanya seperti goresan di awan terbendung raga
Kau bisa terbang meniti dunia
Kau lari menuju kolong perapian terhebat
Kau pahatkan anganmu sekuat baja
Sekarang…..
Saat embun pagi tak lagi menyapamu
Saat mentari tak mau lagi menyinarimu
Saat senja sudah lelah mengantarmu
Kau hanya bisa terkurung lemas di atas kuatnya
tiranimu
Coba, luluhkan tegapnya angan yang rakus, tapi kau murka padaku
Inginku sayat hatimu yang beku, tapi tak
ada daya kuasaku padamu
Inginku ubah patahan itu, tapi sudah
kuat terpatri
About Me
Followers
Statistik
Blog Archive
-
►
2015
(2)
- ► 10/04 - 10/11 (1)
- ► 07/12 - 07/19 (1)
-
▼
2013
(5)
- ► 02/17 - 02/24 (2)
- ► 01/27 - 02/03 (1)
-
►
2012
(6)
- ► 08/05 - 08/12 (1)
- ► 05/13 - 05/20 (1)
- ► 02/05 - 02/12 (4)
XII A3
Selamat Datang ! Suatu kehormatan bagi "blog saya" atas kunjungan ini. Semoga blog ini bermanfaat.Sangat berharap kunjungan berikutnya